LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA “PEMBUATAN EKSTRAK DAUN PUDING MERAH (Graptophyllum pictum L.) DENGAN METODE PERKOLASI”

 LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA 
"PEMBUATAN EKSTRAK DAUN PUDING MERAH (Graptophyllum pictum L.) DENGAN METODE PERKOLASI "


DISUSUN OLEH :

                                            NAMA                             :  Maria Herliana Esa Kristiani

                                            TINGKAT                        :  II B

                                            NPM                                :   F0I019028

                                            DOSEN PENGAMPU     : Suci Rahmawati, M. Farm., Apt


LABORATORIUM FITOKIMIA 

PROGRAM STUDI D3 FARMASI 

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 

UNIVERSITAS BENGKULU

2021/2022




PEMBUATAN EKSTRAK DAUN PUDING MERAH (Graptophyllum pictum L.) DENGAN METODE PERKOLASI 


I. Tujuan Praktikum 

    a. Mahasiswa mampu memahami simplisia daun puding merah dengan cara

        perkolasi 

    b. Mahasiswa mampu membuat ekstrak kental dengan cara perkolasi 

II. Landasan Teori

           Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat daricampurannya dengan 
pembagian sebuah zat terlarut dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk 
mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lain. (Khopkar,1990)
            Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. 
Jenis - jenis Ektraksi tersebut sebagai berikut : (Rahayu,2009)
1. Cara dingin 
    a. Maserasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa ali pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi keseimbangan.Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilaukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilaukan ektaksi maserat pertama dan seterusnya 
    b. Perkolasi, adalah ektraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan bahan, Tahap maserasi anatar,tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlah nya 1-5 kali bahan 

2. Cara panas 

    a. reflux adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didih selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative dengan adanya pendingin balik 

    b. soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik 

    c. digesi adalah maserasi kinetic pada temperatur lebih tinggi dari temperature kamar sekitar 40-50⁰c 

    d. Destilasi uap adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan uap air berdasaran peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran destilat air bersama kandungan yang memisah sempurna atau sebagian. (Kurnia,2010)

           Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkulator, cairan yang diguanan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat,sedangkan sisa setelah dilaukan penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi. 

cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :

1. Aliran penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi 

2. ruangan antara butir- butir simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatan perbedaan konsentrasi

Perkolasi dapat dimodifikasi sebagai berikut :

1. Reperkolasi 

         untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pemekatan sari, maka                         cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan
        dengan pemanasan pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan sari

       2. Perkolasi bertingkat 

            Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang                maksimal. karena selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia                terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai bawah disertai pelarutan zat             aktif, sehingga menghasilkan perkolat yang kepekatannya tidak sama , tetesan                pertama pekat dan pada tetesan akhir encer.Untuk memperbaikinya dapat                        dilakukan dengan cara perkolasi bertingkat 

Kelebihan dan kekurangan  Metode Perkolasi :
a. Kelebihan :
        1. tidak terjadi kejenuhan 
        2.  Pengaliran meningkatan difusi 
b. kekurangan :
        1. Cairan penyari lebih banyak 
        2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka

        
Klasifikasi Daun Puding Merah 

  • Kingdom: Plantae
  • SubKingdom : Tracheobionta 
  • Super Divisi :Spermatophyta 
  • Divisi : Magnoliophyta 
  • Kelas : Magnoliopsida 
  • Sub kelas : Asteridae 
  • Ordo : Scrophulariales 
  • Famili : Graptophylum 
  • Sepsies : Graptophylum pictum (Anonimus,2012)
Kandungan Kimia : 

        Daun wungu (Graptophyllum pictum)  diketahui mengandung berbagai senyawa kimia diantranya alkaloid, pektin , asam format, steroid,saponin, tannin, flavonoid serta alkohol (Thomas,1992). Daun wungu merupakan salah satu obat-obatan tradisional populer yang bnayak digunakan di Indonesia. Daun ini digunakan secara tradisional untuk pengobatan sembelit, rematik, menstruasi, wasir infeksi , saluran kecing,kudis, bengak,luka, dermatitis,penyakit telinga ,pencahar dan kanker (Medicinal herb, index Indonesia,1995)Beberapa penelitian menyatakan daun wungu memliki aktivitas oksitoksik dan anti implantasi terhadap tidkus (Stella et al.,2009) . Menghambat atrofi kelenjar mammae pada mencit, anti jamur (Marhaman,2008) , anti-inflasi (Yukhiro et al., 1989) dan anti-plaque (Endang,20005)
 

III. Alat dan Bahan 

        3.1   Alat :

                a. perkolator 

                b. blender 

                c. timbangan 

                d. beaker glass

                e. alumunium foil 

                f. Botol kosong 60ml 

                g. gelas ukur 

        3.2  Bahan :

                a. Simplisia Puding Merah 

                b. Aquadest 


IV. Prosedur Kerja :

        1. Haluskan simplisia puding merah 

        2. Timbang simplisia puding merah sebanyak 45 gram 

        3. siapkan aquadest sebanyak 100ml sebagai pelarut 

        4. masukan simplisia yang sudah ditimbang ke dalam alat  perkolator 

        5. tambahkan aquadest sebagai pelarut , aduk ad homogen 

        6. tutup alat perkolator menggunakan alumunium foil 

        7.diamkan pada suhu kamar selama 1 malam (12 jam)

        8. tampung menggunakan beaker glass lalu ukur volumenya 

        9. ekstrak daun puding masukan ke dalam botol lalu tutup 


V. Hasil dan Pembahasan 

      5. 1  Hasil praktikum 

            

Sediaan

Volume

Pemerian

Khasiat

Ekstrak Daun Puding Merah

40 ml

·           Warna: merah kehitaman

·           Rasa : pahit

·           Bau : khas  daun puding

                 merah

·           Konsistensi:cair

 

·  Sebagai obat kanker

·  Obat wasir

· Sebagai pencahar dan  Anti inflamasi


    5.2  Pembahasan 

                    Pada praktikum kali ini, membuat ekstrak daun  puding merah dengan metode perkolasi .Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan  cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi . Untuk menyari ekstrak dari daun  puding merah ini menggunakan alat perkolator. Hal pertama yang harus dilakukan adalah blender daun  puding merah, kemudian timbang sebanyak 45gram,  Siapkan alat perkolator, kemudian herba puding merah yang telah dihaluskan tadi dimasukan dalam wadah perkolator. Tutup bagian bawah wadah perkolator dengan plastik lalu ikat dengan  kuat agar ektrak nya tidak keluar. kemudian masukan aquades lalu campurkan dan aduk ad homogen , tutupp bagian atas wadah perkolator dengan alumunium foil lalu ikat dengan kencang dan rapi. tunggu hingga 1 malam  agar ektraknya bisa keluar dengan sempurna . setelah 1 malam , lakukan penyaringan kembli dan ukur bjumlah ekstrak yang didapat lakukan uji organoleptis . Hasil ektrak tadi dimasukan dalam botol coklat. Alasan menggunakan botol coklat agar ektrak tidak terkena cahaya matahari langsung dan ekstrak dapat bertahan lama. 
                    Daun puding merah  mengandung beberapa senyawa kimia, antara lain alkaloid, glikosida, steroid, saponin, tanin, dan flavonoid (Thomas, 1992). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012), kandungan senyawa aktif yang terdapat pada daun ungu adalah golongan flavonoid (4,5,7-trihidroksi flavonol, 4,4-dihidroksi flavon, 3,4,7-trihidroksi flavon, dan luteolin-7-glukosida). Selain itu, terdapat kandungan senyawa lain pada daun ungu berupa alkaloid non-toksik, saponin, tanin galat, antosianin, dan asam-asam fenolat  (asam protokatekuat, asam p-hidroksi benzoate, asam kafeat, asam p-kumarat, asam vanilat, asam siringat, dan asam ferulat).

VI. Kesimpulan Dan Saran 

    6.1 Kesimpulan 

            1. Perkolasi, adalah ektraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang                          umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan bahan,               Tahap maserasi anatar,tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)                      secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlah nya 1-5                  kali bahan 

           2. Hasil dari praktikum ekstrak daun puding merah :

                a. warna : merah kehitaman

                b. rasa   : pahit 

                c. Bau : khas daun puding merah 

                d. konsistensi : cair 

            3.Volume pelarut yang digunakan adalah 80 ml 

            4. Volume ekstrak daun puding merah yang didapat adalah 40ml 

            5. Hal hal yang harus diperhatikan dalam perkolasi yaitu : 

                    a. tempat untuk menampung perkolat tidak boleh lebih tinggi dari tempat                            simplisia 

                    b. Kecepatan tetesan filtrat harus konstan jangan sampai cairan selapis                                 habis

                    c. Cairan yang tersisa diatas simplisia hanya selapis saja jangan sampai                                 terlalu banyak  



6.2 Saran 

                a. Sebelum memulai praktikum sebaiknya praktikan menggunakan APD yang                     lengkap apalagi di masa pandemi ini 

                b. Praktikan harus mendengaran instruksi agar praktikum berjalan dengan baik

                 c. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan ekstraksi secara                             perkolasi yaitu :  

                        1. bagian atas tabung perkulator setelah diberi cairan penyari segera                                     ditutup agar tidak menguap

                        2. saat penempatan sekat berpori kapas jangan terlalu ditekan agar tidak                                     menyumbat keran 

    



DAFTAR PUSTAKA 


Anonimus. 2012. Situs dunia tumbuhan.
Endang  W.  (2005).  The  Graptophyllum pictum  extract  effect  on  acrylic                                 complete denture plaque growth. Maj Ked  Gigi  (Dent  J);  38  
                     Suppl  4: 201‐204.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Penerbit Universitas                                     Indonesia. Jakarta 
Tim Penyusun, Buku Panduan Praktikum Fitokimia, Politeknik Kesehatan                                     Kementrian Keschatan  Jakarta II, 2013
Winata, H. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Kimiawi Ekstrak Daun                          Wungu  (Graptophyllum pictum L. Griff.). Skripsi.


LAMPIRAN 


(Alumunium Foil)

(Aquadest)

(beaker glass)



(botol coklat 60ml)


(gelas ukur)



(perkolator)

(timbangan )

(daun puding merah)


Komentar